Logo LENGARU.ID
Fitur Tutur Siar Ide
Oki DM: Stop dari Panggung Stand-up Comedy

Sudah lebih dari tiga tahun Oki DM absen dari panggung stand-up comedy. Makin getol jadi konten kreator.

Oleh Andi Baso Djaya
8 Agustus 2025 07:51 Tutur
Bagikan ke:

Atribusi Oki Daeng Mabone (31) sebagai seorang komika cukup mentereng; pemenang kompetisi Stand Up Comedy Academy Indosiar tahun 2018. Namun, siapa menyangka gelar tersebut meninggalkan beban berat di pundaknya. 

Kesenangan tampil di atas panggung sebagai komika jadinya tak terasa lagi. Padahal faktor tampil bebas tanpa beban di hadapan penonton itu yang mendorongnya jadi komika.

“Setiap dipresentasikan MC di panggung sebagai juara SUCA, bikin saya langsung gugup. Takut mengecewakan pihak yang mengundang saya. Takut mengecewakan para penonton yang sudah datang beli tiket. Akhirnya sudah merasa tidak asyik dan lepas saat melakukannya,” ungkap Oki kepada Andi Baso Djaya dan Gilang Riswandi dari Lengaru.id, Rabu (30/7/2025) malam.

Kami menyambangi ayah satu orang anak ini di tempat usaha pangkas rambut miliknya, Hoki Barbershop, di Jalan Setiabudi, Besusu Barat, Palu Timur. Lokasinya cukup strategis karena persis di pinggir jalan. Berseberangan dengan SMKN 2 Palu.

Apa yang mendasari Oki stop dari panggung stand-up comedy dan lebih memilih aktif sebagai konten kreator dan fokus menjalankan bisnis pangkas rambut? Jawabannya ia tuturkan lengkap melalui perbincangan berikut.

Oki DM saat kami wawancarai di tempat usaha pangkas rambut miliknya, Hoki Barbershop, 30 Juli 2025 (Sumber: Gilang Riswandi/Lengaru.id)

Apa pertimbangan buka usaha pangkas rambut?

Semata karena saya sering ba cepak. Lantaran mau ba pelihara kuncirku ini. Setelah saya hitung-hitung pengeluaranku setiap ba gunting, mendingan sekalian saya buka usaha pangkas rambut. Soalnya rambutku cepat sekali tumbuh. Dalam sepekan saya sampai tiga kali gunting rambut.

Potensi bisnis usaha pangkas rambut ini berarti bagus ya?

Alhamdulillah bagus. Ibaratnya kalau mau stop sekarang, saya sudah tidak rugi. Cuma memang ada juga stresnya. Harus sering buka rekaman CCTV. Ha-ha-ha. Ada rencanaku mau belajar ba gunting rambut. Jadi kalau ada orang yang mau saya gunting rambutnya, harganya Rp150 ribu. Tiga kali lipat dari harga normal. Bonusnya, orang yang saya gunting rambutnya akan saya dongengkan. 

Ada niat mau ekspansi?

Rencananya begitu. Kitorang ini terima franchise. Jadi silakan saja kalau ada yang mau buka usaha pangkas rambut pakai namanya Hoki Barbershop. Setor saja uang bulanan ke sini. Ha-ha-ha.

Berarti full time job sekarang sebagai pemilik Hoki Barbershop dan?

Konten kreator. Saya optimistis terus dengan potensinya dunia digital ini ke depan. Soalnya orang-orang seperti sudah tidak terpisahkan dengan ponselnya. Mau ba apa saja pasti lihat hape. Cek media sosial. Cari informasi juga pasti langsung lewat hape.

Tangkapan layar adegan film Komang yang tayang Lebaran 2025. Oki DM (tengah) turut bermain (Sumber: Starvision)

Perkembangan dunia digital sekarang, khususnya untuk skena konten kreator di Palu, seperti apa?

Sekarang ini sudah ramai pemainnya. Artinya, kan, jadi banyak pilihan. Makin variatif juga. Industrinya jadi makin hidup.

Beda waktu awal saya memulai. Lantaran masih sedikit pemainnya, klien itu masih suka heran waktu dengar kitorang sebut harga. Sekarang hampir sudah tidak ada itu pertanyaan soal harga. Mungkin lantaran pasarnya juga sudah settle.

Bukannya bikin persaingan antarsesama konten kreator jadi makin ketat?

Justru makin bagus menurutku. Saya mendukung sekali tumbuhnya kreator-kreator konten baru. Biar industrinya makin hidup. 

Saya ingat tahun 2015 mulai bikin video-video dubbing. Waktu itu saya juga belum pede kalau mau kasih harga dengan klien karena masih sedikit sekali pemainnya. Belum terlalu banyak pembanding. Sekarang sudah ramai begini, kalau misalnya kita pasang tarif yang bikin mereka kaget karena menganggapnya kemahalan, kan mereka bisa cari opsi lain. Banyak pilihan. 

Punya antisipasi supaya video tidak sama dengan bikinannya kreator lain?

Untungnya saya berawal dari stand-up comedy. Dalam dunia stand-up, premis boleh sama, contohnya keresahan tentang menjadi ayah baru. Sudah banyak sekali bit komedi tentang itu, tapi punchline masing-masing materi itu pasti berbeda. Mengikuti ciri khas tiap komika. Eksekusinya juga pasti berbeda.

Misalnya saya pernah bikin video-video yang premisnya tentang sopir rental. Sudah banyak yang pernah bikin video dengan premis serupa, tapi, kan, punchline atau puncak tawa tiap konten itu saya yakin beda semua.

Inspirasi bikin konten-konten video dari mana asalnya?

Saya suka mengangkat hal-hal yang pernah saya alami dan dekat dengan keseharian banyak orang. Ternyata banyak yang merasa related

Waktu bikin konten tentang sopir rental karena saya pernah dekat dengan sopir-sopir rental. Sekarang bikin video tentang anak tinggal. Sudah meluncur beberapa video. Itu karena saya pernah merasakan jadi anak tinggal selama empat tahun waktu sekolah di SMK Wirawisata Balikpapan. Menumpang di kompleks pondok pesantrennya omku. 

Cuma, saya tidak pernah dapat perlakuan seperti dalam video-videoku itu. Saya tambahkan supaya ada bumbu-bumbu komedinya.

Uniknya video ini yang bikin dia berbeda dengan konten video tentang sopir rental. Video anak tinggal ini bisa ratusan ribu viewers di TikTok, tapi komentarnya sedikit. Dugaannya kitorang, banyak orang yang related dengan konten-konten videoku itu, tapi mereka tidak berani ikut menulis komentar. Takut dorang mungkin komentarnya itu terbaca sama tante atau omnya yang dorang tempati menumpang. Ha-ha-ha.

Oki DM saat masih jadi pelajar di SMK Wirawisata Balikpapan (Sumber: instagram.com/oki.dm)

Apa saja hasil pengamatan selama menggeluti dunia digital di medsos?

Masing-masing platform berbeda tipikal orang-orangnya ini. Sering saya upload konten yang sama di Instagram dan TikTok. Kalau di Instagram, bisa banyak jumlah viewers, tapi komentarnya sedikit. 

Sedangkan di TikTok kebalikannya. Pengguna TikTok ini kayaknya memang suka sekali berinteraksi. Dorang bisa meributkan hal-hal yang menurutku tidak penting. 

Contohnya konten soal gaya rambutku yang ada buntut sampingnya ini. Pas saya lepas di Instagram, komentarnya cuma 50. Giliran di TikTok bisa tembus 200. Dorang bilang gaya rambutku ba ikut Yahudi lah, segala macam dorang ributkan. Ha-ha-ha.

Bagaimana pengelolaan masing-masing platform medsos?

TikTok itu tempat uang hari-hariku. Misalnya saya mau nongkrong sambil ngopi, saya duduk-duduk sambil bikin siaran langsung di TikTok. Kalau sudah dapat tujuh topi, saya berhenti sudah bikin live. Karena saya sudah dapat sekitar Rp80 ribu. Aman sudah bayar uang kopi. Dalam sepekan biasa saya empat kali bikin live di TikTok kalau sudah napepa (kekurangan, red.) sekali.

Kalau akun Instagram penentunya itu dari endorsement. Penghasilannya beda dengan YouTube, Facebook, atau TikTok. Cuma untuk sekarang ini saya punya penghasilan lebih banyak datang dari Instagram karena banyak kontrakku dengan brand dan instansi pemerintahan masuknya lewat Instagram.

Saya lama vakum upload video di YouTube. Ternyata penontonku hilang juga. Sudah sekitar tiga tahun ini tidak dapat adsense. Kalau mau dapat adsense harus bangun ulang dari awal cari penonton. Malas sudah saya. 

Facebook Pro baru sekitar dua bulan terakhir saya main. Sudah terbuka semua selotnya. Cuma belum bisa saya monetisasi. Sedang merintislah istilahnya.

Selama ini, apakah Oki yang datang jemput bola atau pihak brand yang datang mengajak kerja sama?

Saya termasuk yang kedua itu. Sebenarnya bukan saya tidak mau datang jemput bola. Cuma untuk saat ini saya belum punya tim untuk menjalankannya. Walaupun saya sudah bikin perusahaan namanya Hati Kecil Management, tapi di dalamnya orang-orang lapangan semua. Tim produksi konten yang menamani saya bikin video. Belum ada pengisi untuk bagian marketing.

Kendalaku selama ini begitu. Akhirnya saya cuma menunggu orang yang mau ba ajak kerja sama. Tempo hari saya sempat mengobrol dengan seorang teman, kata dia sebenarnya ada banyak orang mau yang ajak saya kerja sama, hanya saja di benak mereka ada banyak ekspektasi macam-macam. Akhirnya mereka jadi ragu atau takut-takut mau ajak kerja sama.

Makanya saya membutuhkan satu orang yang cakap, yang bisa masuk ketemu klien-klien. Karena katanya temanku itu tidak boleh saya yang langsung datang. Capek juga leh kalau saya semua yang mengerjakan segala urusan. Sudah saya yang ba pikir ide kontennya, saya yang jadi talent-nya, saya juga yang pergi propose klien.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by oki (@oki.dm)

Adakah perbedaan antara konten video komedi yang dulu dengan sekarang?

Tren komedi sekarang ini menurutku setelah saya lihat algoritma, orang-orang lebih suka yang berdasarkan realitas saja. Entah premis komedinya soal pengalaman masa kecil atau apa saja terkait peristiwa-peristiwa masa lalu. 

Kecenderungan sekarang kayaknya orang-orang sudah tidak terlalu tertarik dengan punchline yang terlalu patah. Sesuatu yang tidak mungkin kejadian dalam dunia nyata.

Makanya saya suka dengan video-video komedinya Arif Brata. Dia pernah bikin video tentang tren gaya anak distro tahun 2000-an. Dia tidak perlu terlalu banyak komedi verbal, cukup muncul dengan gaya anak distro ala Pasha Ungu. Sudah lucu sekali dan banyak orang ketawa karena langsung teringat zaman itu.

Kenapa sekarang stop dari panggung stand-up comedy?

Terakhir saya ambil job tampil stand-up waktu Haha Hihi Fest 2023 di Gelora Bumi Kaktus, Palu. Karena ibaratnya itu panggilan tim nasional. Tidak mungkin menolak. Sebelum tampil di sana, saya setahun absen stand-up.

Walaupun sudah tidak sebanyak dulu waktu saya masih aktif, tawaran stand-up hingga sekarang masih ada saja. Baru-baru ini saya tolak tawaran tampil di luar kota.

Saya stop stand-up untuk yang berbayar. Kalau stand-up untuk yang tidak dibayar masih saya iyakan. Misalnya tampil dalam acaranya anak-anak komunitas. Karena saya tahu siapa penontonnya. Istilahnya saya bisa menguasai audience. Tetap gugup, tapi yang tidak sampai muntah sebelum tampil itu ee.

Kalau untuk yang terima bayaran, contohnya undangan stand-up yang diadakan korporat, sudah tiga tahun ini stop. Padahal bayarannya bagus kalau acara korporat. 

Ada beban karena dapat bayaran jadinya harus lucu. Di belakang panggung itu biasanya saya sudah kepikiran hal-hal negatif terus. 

Tidak ada kerinduan tampil lagi?

Jujur kerinduan untuk naik ke panggung stand-up selalu ada. Saya juga belum pernah bikin special show. Makanya ada beberapa bit baru yang sudah saya susun ini. Sekarang sudah terkumpul materiku sekitar 20 menit. Sudah saya tes di open mic sama anak-anak komunitas. 

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
4
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
BACA JUGA