Logo LENGARU.ID
Fitur Tutur Siar Ide
Penginspirasi Irwan Lapatta

Memutuskan berhenti jadi ASN dan memasuki dunia politik, Irwan Lapatta terinspirasi banyak tokoh revolusioner dan politisi senior Sulteng.

Oleh Fandy
4 Agustus 2025 10:43 Fitur
Bagikan ke:

Dalam urusan penampilan, sekilas tak ada yang berubah dari sosok Mohamad Irwan Lapatta. Baju berkerah atau polo shirt sudah melekat kuat padanya selama menjabat bupati Sigi dua periode.

Seusai purnatugas, Irwan tetap mempertahankan kebiasannnya itu. Kaos polo putih yang dipadukan dengan celana jin menjadi pilihannya saat menyambangi Kantor Redaksi Lengaru.id, Selasa (22/7/2025) malam.

Irwan awalnya menolak wawancara dilakukan di rumahnya. Saat kami hubungi untuk membuat janji, Irwan bilang, "Saya ingin melihat kantor barunya kalian". Mungkin karena ia tahu Lengaru.id sedang bersiap menuju hari peluncuran.

Irwan tiba pukul 21.00 Wita kurang seperempat. Kami saling melempar senyum. Begitu turun dari mobil, Irwan menyalami kami satu per satu yang menyambut hangat kedatangannya.

Kami pun beriringan masuk ke ruangan utama bernuansa serba putih berukuran sekitar 4x6 meter. Irwan duduk menyandarkan punggungnya di kursi. Matanya memandang sekeliling. "Apa arti Lengaru?" Irwan bertanya penasaran.

Mendengar pertanyaan itu, spontan salah satu dari kami menjawab dengan penuh semangat. Dan Irwan sudah menduga kalau kata "Lengaru" diambil dari penamaan lokal jenis pohon dalam masyarakat Kaili.

Obrolan malam itu berlangsung lebih dari satu jam. Topiknya tak jauh tentang politik, terutama menyoal rencana Irwan setelah tak lagi menjabat sebagai kepala daerah.

Irwan lahir di Palu, 19 September 1968. Ia merupakan anak sulung dari pasangan Ilyas Amrin Lapatta dan Hapsah Ponulele. Adapun empat adiknya bernama Zamroni, Imron Noer, Sri Wahyuni dan Fitri Rahmawati.

Irwan menghabiskan semua jenjang pendidikan formal di ibu kota Sulawesi Tengah, mulai dari SDN 3 Palu, SMPN 1 Palu, SMAN 3 Palu sebelum pindah ke SMAN 1 Palu, hingga kuliah S1 dan S2 di Universitas Tadulako.

Kehidupan Irwan semasa sekolah biasa saja, senang bermain dan bergaul. Membentuk jaringan pertemanan yang luas.

"Masa sekolah merupakan proses yang luar biasa. Bertemu dengan banyak teman-teman. Kadang saya bermain di Lolu, Maesa, Tatura, dan Kampung Baru. Pokoknya banyak lah," kenang Irwan.

Pun momen kuliah strata satu, 37 tahun lalu, menjadi pengalaman lain yang mungkin tak terlupakan baginya, selain baru punya ijazah setelah hampir tujuh tahun berkuliah.

Ketika berstatus mahasiswa baru (maba), maka bersiaplah Irwan menghadapi masa Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek). Tidak ada yang bisa ia lihat kecuali perpeloncoan.

Irwan ingat persis bagaimana maba ditempelkan plester hansaplast di atas bibir karena tak mencukur kumis. Sekretaris Golkar Sulteng Amran Bakir Nai salah satu seniornya kala itu.

Perpeloncoan terus berlanjut. Kejahilan senior semakin menjadi. Di FISIP Untad, Irwan dan teman-temannya disuruh mendorong mobil yang mogok. Namun, mereka menolak meski sebagian maba menurutinya tanpa protes.

"Pernah disuruh dorong mobil dari bawah ke atas. Jadi bukan mau melawan senior, tapi tidak ingin ada perlakuan semacam itu. Namun, satu sisi proses-proses inilah yang membentuk jati diri kami. Bukan hanya saya, tapi juga teman-teman lain yang sudah sukses," ujar Irwan.

Irwan Lapatta saat mengujungi kantor redaksi Lengaru.id, Selasa, 22 Juli 2025 (Sumber: Fandy/Lengaru.id)

Berhenti Jadi ASN demi Karier Politik

Irwan menyebut Fidel Castro dan Che Guevara ketika menceritakan awal keterertarikannya dengan politik. Dua nama tadi merupakan tokoh pemikir kiri paling bersinar pada zamannya dan pemimpin revolusi di Kuba.

Di Indonesia, Irwan akrab sekali dengan pemikiran Tan Malaka dan Soekarno. Ia tenggelam dalam bacaan buku-buku berhaluan progresif di tengah proses pendewasaan.

"Tokoh-tokoh ini tidak melakukan pemberontakan, tetapi melawan segala bentuk penindasan. Buku-buku tentang kisah mereka kadang membuat kita terhanyut," katanya.

Ketokohan senior-seniornya juga jadi sumber inspirasi. Selain Amran Bakir Nai, Irwan teringat nama-nama macam Ichsan Loulembah dan Tahmidy Lasahido. Ada juga Armin Salassa, teman seperjuangan Muharram Nurdin yang kini menjabat Ketua DPD PDI Perjuangan Sulteng.

Adapun nama lain seperti Rusdy Mastura atau Bung Cudy lebih dulu tampil di pentas politik lokal sebagai ketua DPRD Kota Palu. Saat itu Irwan masih menjalani kuliah semester pertama.

Melihat kiprah sosok-sosok tersebut, niat Irwan untuk terjun ke politik kian mantap. Ia pun mengakhiri posisinya sebagai aparatur sipil negara (ASN), sebuah profesi yang sebenarnya jadi idaman banyak orang.

"Karena memutuskan maju pilkada, tentu saya juga berhitung-hitung biaya politik. Sebenarnya secara ekonomi tidak cukup, saya hanya bekas ASN. Beruntung teman-teman di banyak organisasi banyak mendukung," tuturnya.

Pada tahun 2016, Irwan yang berpasangan dengan Paulina Lallo berhasil memenangkan kontestasi Pilkada Sigi. Keduanya memimpin kabupaten hasil pemekaran Donggala hingga Februari 2021.

Hanya berjarak enam bulan semenjak berakhirnya masa jabatan, Paulina Lallo tutup usia. Tubuh politisi Gerindra itu dipaksa menyerah oleh penyakit yang dideritanya.

Di Pilkada Sigi 2020, Irwan sempat melawan Paulina yang mendampingi Husen Habibu. Irwan kala itu menggandeng Samuel Yansen Pongi berbekal sokongan Golkar, Demokrat, PDI Perjuangan, PBB, dan PKB.

Kemenangan kembali berpihak. Irwan-Samuel sah menjadi bupati dan wakil bupati Sigi hingga 2024 setelah meraup 77.376 suara.

Sebagian jurnalis mengenal Irwan sebagai pemimpin yang teguh memegang prinsip kelestarian lingkungan. Paling depan menolak eksploitasi sumber daya alam di Sigi.

Di Desa Sidondo I, misalnya, Irwan berulang kali menutup aktivitas pertambangan emas tanpa izin (PETI). Tak jarang, dirinya memimpin langsung operasi penutupan di lapangan.

Irwan tak memungkiri bahwa sektor pertambangan bisa mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi seperti yang terlihat di Morowali. Hanya saja kekhawatirannya akan nasib lingkungan jauh lebih kuat.

"Jika tambang didorong penuh untuk pembangunan daerah tentu sangat potensial, tapi kenyatannya tidak seperti itu. Kalaupun hasil tambang benar-benar untuk daerah, saya akan berpikir dua kali meski keuntungannya besar," ujarnya.

Sebagai gantinya, Irwan gencar mendorong penerapan ekonomi hijau di Sigi. "Usia tambang pasti akan berakhir. Maka saya lebih memilih 'emas hijau' dibanding 'emas kuning'. Di sana ada kopi, cokelat, durian, vanili, dan macam-macam. Ini semua sumber kehidupan masyarakat," imbuhnya.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Mohamad Irwan (@irwanlapatta)

"Tak Ada yang Mengkhianati dan Dikhianati" 

Nampaknya tak berlebihan bila kepemimpinan Irwan Lapatta sebagai ketua DPD II Partai Golkar Sigi dianggap berhasil membawa partai beringin ke masa kejayaan.

Golkar menunjukkan keunggulannya dengan menempati urutan pertama perolehan suara terbanyak pemilihan anggota legislatif pada Pemilu 2024. Dengan raihan ini, Golkar menduduki kursi DPRD Sigi.

Irwan pun meyakini partainya bakal mengusung kader sendiri untuk berkontestasi dalam pemilihan kepala daerah (pilkada). Apalagi namanya masuk daftar yang ditugaskan maju di Pilgub Sulteng 2024.

Sayangnya, keyakinan itu meleset. Keinginan Irwan agar bisa maju di Pilgub Sulteng kandas setelah Golkar menjatuhkan rekomendasi kepada Ahmad Ali.

Bagi Irwan keputusan partai saat itu merupakan bagian dari proses politik yang harus diterima. Meskipun begitu, tetap saja ada rasa kecewa yang menyusup ke dalam hatinya sebagai kader.

"Tentu perasaan (kecewa) itu pasti ada. Tapi saya sadar itulah proses politik. Tidak ada yang perlu disalahkan," ucapnya.

Setelah itu, Irwan justru membuat keputusan cukup mengejutkan. Bukannya mendukung pasangan Ahmad Ali-Abdul Karim Aljufri, ia secara terbuka mengumumkan berada dalam barisan Rusdy Mastura-Sulaiman Agusto.

Irwan menyadari publik akan menilai sikapnya tersebut jelas melawan perintah partai. Namun, bagi dia, sikap politiknya itu tak jauh beda dengan Golkar.

"Partai juga mendukung yang bukan kader. Andai rekomendasi jatuh kepada kader Golkar, misalnya kak Arus Abdul Karim, saya akan terjun bahu membahu. Jadi tidak ada yang mengkhianati dan dikhianati. Kalaupun risikonya dipecat, saya sudah siap. Karena itu sudah konsekuensi," jelasnya.

Irwan Lapatta saat menghadiri kegiatan panen sorgum yang diselenggarakan bersama Badan Pangan Nasional RI di Desa Karawana, Kecamatan Dolo, 2023 (Sumber: Prokopim Kabupaten Sigi)

Aktif Berkebun Setelah Pensiun 

Masa jabatan Mohamad Irwan Lapatta berakhir seiring dilantiknya Rizal Intjenae sebagai bupati Sigi yang baru pada 20 Februari 2025.

Selama lima bulan terakhir Irwan kembali menjalani hidup sebagai rakyat biasa. Kini, sehari-hari dirinya sibuk menggarap kebun dan membangun peternakan di wilayah Dolo dan Palolo.

"Aktivitas sekarang mengurus kebun, ada juga usaha-usaha lain yang sedang dikembangkan sambil menunggu ruang politik baru," ujarnya.

Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa Irwan tidak akan lepas dari aktivitas politik usai tak lagi jadi bupati dan gagal maju di Pilgub Sulteng.

Menurutnya, berkarier sebagai calon anggota legislatif merupakan pilihan yang paling masuk akal saat Pemilu 2029. 

"Yang pasti saya akan masuk ruang pertarungan legislatif, entah di provinsi atau pusat. Selain itu sampai saat ini saya pikir tidak," ucap Irwan.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
2
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
REKOMENDASI